BRAIN Personalities – Sobat BRAIN, pernah nggak sih kamu merasa telinga berdengung, hidung mampet parah, atau tenggorokan sakit berkepanjangan?
Banyak orang sering mengabaikan masalah ini karena menganggapnya sepele, padahal bisa jadi tanda adanya penyakit serius. Di sinilah peran dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) jadi sangat penting.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI, gangguan THT termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia, mulai dari infeksi telinga, sinusitis, hingga kanker tenggorokan.
Masalahnya, jumlah dokter THT masih belum merata di seluruh daerah, sehingga kebutuhan akan spesialis ini semakin meningkat.
Nah, kalau kamu termasuk yang penasaran dengan profesi ini—entah karena ingin berobat atau bahkan bercita-cita memiliki karier menjadi dokter THT—artikel ini pas banget buat kamu.
Kita akan bahas mulai dari definisi, peran, jalur pendidikan, sampai rekomendasi universitas terbaik untuk kamu yang ingin menekuni karier bergengsi ini.
Baca juga: Panduan Karier Menjadi Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Definisi Dokter THT
Sobat BRAIN, dokter THT atau dalam istilah medis disebut dokter spesialis otolaringologi adalah dokter yang fokus menangani gangguan kesehatan pada telinga, hidung, tenggorokan, serta organ-organ terkait di kepala dan leher.
Jadi, kalau kamu punya masalah dengan pendengaran, suara serak kronis, hingga alergi pernapasan, dokter THT adalah orang yang tepat untuk dikunjungi.
Secara internasional, bidang ini dikenal dengan nama Otolaryngology – Head and Neck Surgery (ORL-HNS).
Artinya, ruang lingkup kerja mereka nggak cuma THT saja, tapi juga bisa sampai operasi kepala, wajah, dan leher. Kebayang kan betapa luas dan pentingnya peran mereka?
![]()
Baca juga: Panduan Karier Menjadi Dokter Spesialis Jantung
Tugas dan Peran Dokter THT
Sobat BRAIN, apa aja sih sebenarnya yang dilakukan seorang dokter THT? Yuk, kita bahas lebih detail:
1. Mendiagnosis Gangguan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
Tugas utama dokter THT tentu adalah mengenali berbagai penyakit pada area tersebut. Mulai dari infeksi telinga, gangguan pendengaran, sinusitis, polip hidung, radang tenggorokan, hingga tumor di sekitar kepala dan leher.
Diagnosis ini dilakukan dengan pemeriksaan klinis, alat khusus seperti endoskopi, dan kadang dibantu pencitraan medis (CT-scan atau MRI).
Tanpa diagnosis yang tepat, penanganan bisa keliru dan memperburuk kondisi pasien. Itu sebabnya keterampilan analisis dokter THT jadi sangat penting.
2. Memberikan Pengobatan dan Tindakan Medis
Sobat BRAIN, pengobatan THT itu nggak selalu dengan operasi. Ada banyak tindakan non-bedah seperti terapi obat, irigasi sinus, hingga penggunaan alat bantu dengar.
Namun, jika kondisinya parah, dokter THT juga bisa melakukan operasi, misalnya untuk pasang implan koklea (alat bantu dengar canggih), operasi tumor, atau rekonstruksi saluran pernapasan.
Peran ini membuat dokter THT harus menguasai teknik medis modern sekaligus punya ketelitian tinggi karena organ yang ditangani sangat vital.
3. Memberikan Edukasi dan Pencegahan
Tahukah kamu, Sobat BRAIN, bahwa banyak penyakit THT sebenarnya bisa dicegah? Misalnya dengan menjaga kebersihan telinga, menghindari merokok, dan melindungi telinga dari suara bising.
Nah, dokter THT juga berperan sebagai edukator kesehatan agar masyarakat lebih peduli pada kesehatan pernapasan dan pendengaran.
Dengan begitu, dokter THT bukan hanya penyembuh, tapi juga inspirator dalam gaya hidup sehat.
4. Kolaborasi dengan Spesialis Lain
Gangguan THT sering berkaitan dengan masalah lain seperti asma, alergi, atau bahkan kanker.
Karena itu, dokter THT biasanya bekerja sama dengan dokter paru, alergi-imunologi, onkologi, dan bedah saraf untuk penanganan yang lebih komprehensif. Kolaborasi ini membuat perawatan pasien jauh lebih efektif dan menyeluruh.
Baca juga: Panduan Karier Menjadi Dokter ObGyn (Spesialis Kandungan)
Tes BRAIN + Konsultasi dengan BRAIN Career Coach disini
Jalur Pendidikan Dokter THT
Sobat BRAIN, jadi dokter THT itu nggak instan. Ada jalur panjang yang harus kamu tempuh, tapi hasilnya sepadan banget. Yuk, kita bahas tahap demi tahapnya:
1. Pendidikan Kedokteran Umum (S1 + Profesi)
Durasi: ± 5–6 tahun.
Di tahap ini, kamu akan belajar dasar-dasar ilmu kedokteran, mulai dari anatomi, fisiologi, patologi, hingga praktik klinis.
Setelah lulus koas (profesi dokter) dan ujian kompetensi nasional (UKMPPD), kamu resmi jadi dokter umum.
Tahap ini adalah fondasi penting sebelum kamu bisa lanjut ke spesialisasi.
2. Ujian Kompetensi & STR
Setelah jadi dokter umum, kamu wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dengan lulus Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).
STR ini adalah syarat mutlak untuk bisa daftar PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis).
3. Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) THT
Durasi: ± 4 tahun.
Di sinilah kamu benar-benar mendalami otolaringologi. Kamu akan belajar diagnosis penyakit THT yang kompleks, melakukan penelitian ilmiah, dan praktik langsung di rumah sakit pendidikan.
Program ini biasanya dilakukan di rumah sakit besar dengan fasilitas modern seperti ruang operasi THT, laboratorium audiologi, dan pusat bedah kepala-leher.
4. Ujian Spesialis
Setelah menyelesaikan PPDS, kamu harus ikut ujian nasional untuk mendapatkan gelar Sp.THT-KL (Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan – Kepala Leher).
Dengan gelar ini, kamu diakui resmi sebagai dokter spesialis THT.
5. Subspesialisasi (Opsional)
Kalau ingin lebih fokus, kamu bisa lanjut ke subspesialis seperti otologi (telinga), rinologi (hidung), laringologi (tenggorokan), atau bedah kepala-leher. Durasi tambahannya sekitar 1–2 tahun.
Baca juga: Panduan Karier Menjadi Dokter Gigi (drg)
BRAIN Career Coaching for Professional disini
Rekomendasi Universitas Kedokteran untuk Dokter THT
Sobat BRAIN, memilih kampus untuk meniti karier menjadi dokter THT itu penting banget. Berikut beberapa universitas dengan program PPDS THT terbaik di Indonesia:
1. Universitas Indonesia (UI)
UI bersama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dikenal punya program THT paling bergengsi di Indonesia.
Banyak alumninya jadi profesor, peneliti, dan pemimpin organisasi medis. Selain itu, UI juga punya banyak kerja sama internasional yang membuka peluang karier global.
2. Universitas Gadjah Mada (UGM)
UGM bersama RSUP Dr. Sardjito punya program THT yang kuat dalam pelayanan masyarakat dan riset berbasis komunitas.
Cocok buat kamu yang punya semangat pengabdian di daerah dan ingin mengembangkan karier di wilayah dengan akses kesehatan terbatas.
3. Universitas Airlangga (UNAIR)
Di Surabaya, UNAIR bersama RSUD Dr. Soetomo unggul dalam layanan bedah kepala-leher.
Fasilitas modern dan jumlah pasien yang banyak menjadikan mahasiswa PPDS di sini terbiasa menghadapi kasus kompleks.
4. Universitas Padjadjaran (UNPAD)
Dengan rumah sakit pendidikan RS Hasan Sadikin Bandung, UNPAD punya program THT yang berkembang pesat.
Fokus riset mereka termasuk pencitraan modern untuk diagnosis gangguan THT, sehingga peluang akademik sangat luas.
5. Universitas Diponegoro (UNDIP)
UNDIP bersama RSUP Dr. Kariadi Semarang menawarkan program dengan pembelajaran berbasis kasus nyata.
Mahasiswanya langsung terlibat menangani pasien sejak awal, membuat mereka lebih siap menghadapi dunia kerja.
Baca juga: 10 Dokter Spesialis Paling Dibutuhkan di Indonesia
Saatnya Memulai Karier Menjadi Dokter THT
Nah Sobat BRAIN, itulah gambaran lengkap tentang dokter THT—mulai dari definisi, tugas, jalur pendidikan, hingga rekomendasi universitas terbaik.
Profesi ini bukan hanya bergengsi, tapi juga sangat dibutuhkan masyarakat, mengingat masalah kesehatan THT termasuk yang paling sering dikeluhkan di Indonesia.
Kalau kamu merasa terpanggil untuk meniti karier menjadi dokter THT tapi masih bingung menentukan langkah awal, jangan khawatir.
Ikuti BRAIN Career Coaching for Student dari BRAIN Personalities. Di sini, kamu bisa mengenali potensi diri, kecerdasan dominan, dan passion, lalu menyelaraskannya dengan pilihan karier yang tepat—termasuk kalau kamu bercita-cita jadi dokter THT.
Yuk, mulai perjalanan kariermu bersama BRAIN Personalities sekarang!
