Categories
Keluarga

Helicopter Parenting: Definisi, Efek, Contoh, dan Solusi Mengatasinya

BRAIN PersonalitiesSobat BRAIN, pernah dengar istilah helicopter parenting? Gaya pengasuhan ini semakin sering dibahas di dunia parenting modern. 

Istilahnya terdengar keren, tapi efeknya bisa sangat serius bagi tumbuh kembang anak. 

Helicopter parenting menggambarkan orang tua yang terlalu “melayang-layang” di atas anaknya. Orang tua selalu mengawasi, mengatur, bahkan mengambil alih semua keputusan agar anak tidak gagal.

Masalahnya, kasih sayang yang berlebihan bisa berubah jadi kendali yang mengekang.

Sebuah penelitian dari American Psychological Association (APA, 2023) menemukan bahwa anak-anak dengan orang tua helicopter cenderung mengalami anxiety lebih tinggi dan memiliki kepercayaan diri rendah dalam mengambil keputusan. 

Di sisi lain, riset University of Mary Washington menunjukkan bahwa gaya asuh ini sering kali muncul dari rasa takut orang tua terhadap kegagalan anak, bukan dari niat buruk.

Nah, pertanyaannya, bagaimana sebenarnya helicopter parenting bekerja, apa efeknya pada anak, dan seperti apa contohnya dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, kita bahas bareng-bareng!

Baca juga: Tips Menangani Anak Tantrum secara Sehat dengan Pendekatan Neurosains

Apa Itu Helicopter Parenting

Istilah helicopter parenting pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Dr. Haim Ginott pada tahun 1969 untuk menggambarkan orang tua yang selalu “berputar” di sekitar anak mereka. 

Dalam praktiknya, helicopter parenting berarti orang tua terlalu terlibat secara berlebihan dalam kehidupan anak, mulai dari akademik, sosial, hingga keputusan kecil sehari-hari.

Sobat BRAIN, memang wajar jika kamu ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Namun, ketika keinginan melindungi berubah menjadi kontrol yang berlebihan, anak tidak diberi ruang untuk belajar dari kesalahan atau mengembangkan kemandirian. 

Misalnya, orang tua yang selalu mengerjakan tugas anak agar nilainya sempurna, atau yang langsung menelepon guru ketika anak mendapat nilai jelek, tanpa memberi kesempatan anak untuk introspeksi.

Menurut Child Mind Institute (2024), helicopter parenting sering muncul dari kekhawatiran yang tidak disadari: takut anak tertinggal, gagal, atau tersakiti. 

Namun, yang sering terlupa adalah rasa gagal dan kecewa justru bagian penting dari proses belajar dan pembentukan resiliensi emosional anak.

Helicopter Parenting definition - Definisi Helicopter Parenting - Efek Helicopter Parenting - Contoh Helicopter Parenting - Solusi Mengatasi Helicopter Parenting

Baca juga: Cara Menangani Anak Mudah Tersinggung & Marah

Efek Helicopter Parenting

Gaya asuh yang tampak penuh perhatian ini ternyata menyimpan banyak konsekuensi, Sobat BRAIN. 

Berikut efek negatif yang sering muncul dari helicopter parenting:

1. Anak Sulit Mandiri dan Takut Mengambil Keputusan

Ketika semua hal selalu diputuskan oleh orang tua, anak tumbuh dengan minim kesempatan melatih tanggung jawab dan pengambilan keputusan. 

Ia terbiasa bergantung pada orang lain untuk menentukan langkah. Riset dari Journal of Child and Family Studies (2022) menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua helicopter memiliki tingkat self-efficacy (keyakinan diri) lebih rendah daripada anak dengan orang tua yang membimbing secara seimbang.

Dalam jangka panjang, mereka bisa mengalami kesulitan di dunia kerja dan hubungan sosial karena tidak terbiasa berpikir mandiri. 

Anak mungkin juga takut gagal, karena tidak pernah diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan kecil.

2. Anak Rentan Stres dan Kecemasan Berlebih

Ironisnya, niat baik untuk melindungi anak malah bisa menimbulkan tekanan psikologis. 

Anak merasa harus selalu sempurna agar tidak mengecewakan orang tua. Hal ini menyebabkan stres kronis dan bahkan gangguan kecemasan.

Menurut survei dari Harvard Graduate School of Education (2023), anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kontrol tinggi memiliki risiko dua kali lipat mengalami anxiety disorder pada usia remaja. 

Mereka juga lebih sering menunjukkan gejala seperti sulit tidur, mudah panik, dan overthinking.

3. Hubungan Orang Tua dan Anak Menjadi Tidak Sehat

Kedekatan yang berlebihan justru bisa menciptakan jarak emosional. Anak bisa merasa bahwa cinta orang tuanya bersyarat hanya muncul saat ia sukses atau berperilaku sesuai ekspektasi. 

Lama-kelamaan, hal ini membuat anak enggan terbuka atau bahkan berbohong agar tidak dimarahi.

Dalam perspektif neurosains parenting, kontrol berlebihan menghambat perkembangan area otak anak yang bertanggung jawab terhadap executive function, yakni kemampuan mengelola emosi, perencanaan, dan pengambilan keputusan. 

Artinya, helicopter parenting bukan hanya berdampak secara emosional, tetapi juga secara biologis terhadap otak anak.

Baca juga: Tips Menangani Anak Susah Fokus Saat Belajar

Contoh Helicopter Parenting

Sobat BRAIN, agar lebih mudah memahami, berikut beberapa contoh nyata perilaku helicopter parenting dalam kehidupan sehari-hari:

1. Orang Tua Selalu Menyelesaikan Masalah Anak

Misalnya, ketika anak bertengkar dengan teman, orang tua langsung menghubungi orang tua temannya tanpa memberi ruang anak untuk belajar menyelesaikan konflik sendiri. 

Padahal, kemampuan mengelola konflik sosial sangat penting bagi perkembangan emosional anak.

Atau, ketika anak lupa membawa PR ke sekolah, orang tua segera mengantarkannya, bukannya membiarkan anak belajar bertanggung jawab terhadap barang bawaannya sendiri.

2. Terlalu Mengatur Pilihan Anak

Banyak orang tua helicopter yang memilihkan semua hal untuk anaknya: dari ekstrakurikuler, teman bergaul, bahkan jurusan kuliah. 

Mungkin niatnya baik, tapi kebiasaan ini menghapus kesempatan anak untuk mengenal minat, bakat, dan potensi unik dirinya sendiri.

Di sinilah Sobat BRAIN bisa belajar bahwa setiap anak punya kombinasi kecerdasan dominan yang berbeda. 

Mengetahui pola pikir dan cara belajar anak justru membantu orang tua membimbing tanpa mendikte.

3. Mengontrol Rutinitas Secara Berlebihan

Mulai dari jam tidur, jadwal belajar, hingga waktu bermain, semua diatur ketat oleh orang tua. Akibatnya, anak tidak punya ruang eksplorasi. 

Dalam jangka panjang, anak bisa kehilangan curiosity atau rasa ingin tahu alami yang sebenarnya merupakan fondasi kreativitas dan inovasi.

Miliki Ebook Tantrum Disini

Ebook Cara Mengatasi Tantrum Anak - Buku Tantrum - 3 Menit Atasi Tantrum Anak

Baca juga: Tips Efektif Anak Usia Dini Lebih Fokus Belajar Al Quran

Bagaimana Menghindari Helicopter Parenting dengan Pendekatan BRAIN Personalities

Sobat BRAIN, kuncinya bukan menghindari keterlibatan, tapi menemukan keseimbangan antara kontrol dan kebebasan anak. 

Salah satu cara efektif untuk memulainya adalah dengan memahami kecerdasan dominan dan tipe kepribadian anak melalui Tes BRAIN Mom & Kid.

Dengan hasil tes ini, kamu akan tahu:

  • Apa kebutuhan emosional dan cara komunikasi terbaik untuk anakmu.
  • Seberapa besar tingkat kemandirian yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
  • Strategi parenting yang bisa kamu terapkan agar anak tumbuh tangguh tanpa kehilangan kehangatan keluarga.

Pendekatan ini bukan hanya berdasarkan psikologi, tapi juga berpijak pada neurosains perkembangan anak. 

Ini memastikan bahwa pola asuh yang kamu terapkan benar-benar selaras dengan cara kerja otak dan emosi si kecil.

Baca juga: Cara Memilih Pasangan Hidup Secara Islami & Neurosains

Inilah Saatnya Menemukan Solusi Parenting yang Tepat

Menjadi orang tua yang peduli itu penting, Sobat BRAIN. Tapi terlalu mengontrol justru bisa menghambat tumbuh kembang anak. 

Helicopter parenting sering kali muncul dari rasa sayang, namun kasih sayang sejati justru memberi ruang bagi anak untuk belajar, gagal, dan tumbuh kuat.

Kalau kamu ingin tahu cara mengasuh anak dengan pendekatan yang ilmiah, personal, dan sesuai tipe otaknya, yuk coba Tes BRAIN Mom & Kid sekarang!

Temukan bagaimana kecerdasan dominan dan kepribadian anak bisa jadi kunci membangun keluarga yang bahagia dan harmonis.

Ikuti Tes BRAIN Mom & Kid dan mulai perjalanan parenting berbasis sains bersama kami hari ini!

Tes Mom & Kid Disini

BRAIN Self-discovery asessment for parents - ibu dan anak - tes kepribadian - tes kecerdasan dominan - minat bakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *