Anak Sering Marah dan Mudah Tersinggung? Kenali Penyebab, Risiko, dan Solusi Tepat!

BRAIN Personalities – Apakah anak kamu sering marah dan mudah tersinggung, bahkan dalam situasi yang tampak sepele? Jangan khawatir, kamu tidak sendirian. Banyak orang tua mengalami tantangan serupa dalam memahami dan mengelola emosi anak mereka, terutama pada usia PAUD dan SD. 

Anak-anak pada tahap ini masih dalam proses belajar mengenali, mengekspresikan, dan mengendalikan emosinya. Namun, jika perilaku ini terus berlanjut tanpa penanganan yang tepat, dapat berdampak pada perkembangan emosional, sosial, dan akademis mereka.

Perubahan emosi yang tiba-tiba pada anak bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari aspek biologis, psikologis, hingga lingkungan sekitar. Beberapa anak mungkin memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap stres, sementara yang lain kesulitan mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab utama dari kondisi ini agar dapat memberikan solusi yang efektif.

Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang mempengaruhi anak mudah tersinggung dan sering marah, risiko yang dapat terjadi jika tidak segera ditangani, serta strategi terbaik yang dapat kamu terapkan. Tak hanya itu, kita juga akan mengungkap bagaimana Tes BRAIN Mom & Kid bersama konsultasi eksklusif dengan BRAIN Coach bisa menjadi solusi terbaik untuk membantu anak mengelola emosinya dengan lebih baik. Yuk, simak selengkapnya!

Pelajari juga:

Mengapa Anak Sering Marah dan Mudah Tersinggung?

Anak Sering Marah dan Mudah Tersinggung? Kenali Penyebab, Risiko, dan Solusi Tepat!

Anak usia PAUD dan SD memiliki otak yang masih berkembang, terutama di bagian prefrontal cortex yang bertanggung jawab atas pengendalian emosi dan pengambilan keputusan.

Hal ini membuat mereka lebih impulsif dalam bereaksi terhadap situasi yang menimbulkan frustasi. Berikut beberapa penyebab utama yang didukung oleh penelitian terkini:

1. Regulasi Emosi yang Belum Matang

Anak-anak pada usia ini masih dalam tahap perkembangan otak, terutama di bagian prefrontal cortex yang bertanggung jawab atas pengendalian emosi dan pengambilan keputusan. Akibatnya, mereka lebih impulsif dalam mengekspresikan emosi negatif seperti marah dan tersinggung.
(Sumber: Harvard Center on the Developing Child, National Institute of Mental Health (NIMH))

2. Faktor Neurologis dan Neurodiversitas

Beberapa anak memiliki sensitivitas sensorik yang tinggi atau kondisi neurodivergent seperti ADHD dan autism spectrum disorder (ASD). Anak dengan ADHD, misalnya, sering kesulitan mengelola frustrasi, sementara anak dengan ASD mungkin mengalami overstimulasi sensorik yang memicu kemarahan.
(Sumber: American Psychiatric Association (APA), Journal of Child Psychology and Psychiatry)

3. Pola Asuh dan Interaksi dengan Orang Tua

Anak yang sering menerima pola asuh otoriter atau permisif cenderung memiliki kesulitan dalam mengatur emosinya. Pola asuh otoriter (terlalu keras) dapat membuat anak lebih mudah tersinggung karena mereka merasa tidak didengar, sedangkan pola asuh permisif (terlalu membebaskan) dapat menyebabkan anak sulit menerima batasan atau aturan.
(Sumber: Journal of Family Psychology, American Psychological Association (APA))

4. Kurangnya Keterampilan Sosial

Beberapa anak mengalami kesulitan dalam memahami emosi dan perspektif orang lain, yang membuat mereka mudah merasa tersinggung dalam interaksi sosial. Hal ini sering terjadi pada anak dengan gangguan pemrosesan sosial.
(Sumber: The Child Mind Institute, National Association of School Psychologists (NASP))

5. Faktor Biologis dan Hormon

Perubahan hormon dalam tubuh anak dapat mempengaruhi suasana hati dan emosinya. Kortisol (hormon stres) yang tinggi, akibat stres atau kurang tidur, dapat membuat anak lebih mudah tersinggung dan cepat marah.
(Sumber: National Institutes of Health (NIH), Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics)

6. Lingkungan yang Stres dan Tidak Mendukung

Lingkungan rumah dan sekolah yang penuh tekanan, seperti konflik keluarga, pola komunikasi negatif, atau bullying, dapat meningkatkan kecemasan dan agresi pada anak.
(Sumber: American Academy of Pediatrics (AAP), Harvard Graduate School of Education)

7. Kurangnya Aktivitas Fisik

Anak yang kurang bergerak cenderung memiliki kelebihan energi yang tidak tersalurkan dengan baik, sehingga lebih mudah mengalami frustasi dan ledakan emosi.
(Sumber: Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Harvard School of Public Health)

8. Pola Makan yang Tidak Seimbang

Kekurangan zat gizi seperti zat besi, omega-3, dan vitamin B kompleks dapat berdampak pada keseimbangan neurotransmitter dalam otak, yang berperan dalam regulasi emosi.
(Sumber: National Institute of Mental Health (NIMH), Journal of Nutrition)

Pelajari juga:

Risiko Jika Anak Sering Marah dan Mudah Tersinggung Tidak Ditangani

Jika kondisi ini dibiarkan tanpa intervensi, anak dapat menghadapi berbagai tantangan di masa depan, seperti:

1. Kesulitan dalam Regulasi Emosi

Anak yang sering marah tanpa kemampuan mengelola emosinya berisiko mengalami kesulitan dalam mengontrol impuls, yang dapat menyebabkan masalah jangka panjang dalam menghadapi stres dan tantangan hidup.
(Sumber: Harvard Center on the Developing Child, National Institute of Mental Health (NIMH))

2. Hubungan Sosial yang Terganggu

Anak yang mudah tersinggung cenderung memiliki interaksi sosial yang kurang harmonis. Mereka mungkin kesulitan bergaul dengan teman sebaya, sering terlibat konflik, dan bahkan mengalami isolasi sosial. Dalam jangka panjang, ini bisa menghambat kemampuan mereka dalam membangun hubungan yang sehat.
(Sumber: American Psychological Association (APA), Journal of Child Psychology and Psychiatry)

3. Risiko Perilaku Agresif

Ketidakmampuan mengelola emosi dapat menyebabkan perilaku agresif, baik secara fisik maupun verbal. Anak-anak ini mungkin menunjukkan perilaku menentang otoritas, membangkang, atau bahkan melakukan tindakan agresi terhadap orang lain.
(Sumber: National Institutes of Health (NIH), Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics)

4. Prestasi Akademik yang Menurun

Anak yang sering tersinggung dan marah memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengikuti instruksi guru. Akibatnya, mereka mungkin mengalami penurunan dalam prestasi akademik karena sulit untuk fokus dan memahami materi pelajaran.
(Sumber: The Education Endowment Foundation (EEF), Department of Education (US & UK)

5. Peningkatan Risiko Gangguan Mental di Masa Depan

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki masalah dalam regulasi emosi berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku di masa remaja dan dewasa.
(Sumber: American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry)

6. Rendahnya Kepercayaan Diri

Anak yang sering mengalami ledakan emosi dapat merasa malu atau frustrasi setelahnya, yang menyebabkan rendahnya kepercayaan diri. Mereka mungkin merasa tidak mampu mengontrol diri atau kurang diterima oleh lingkungan sosialnya. 

(Sumber: National Association of School Psychologists (NASP), Child Mind Institute)

7. Risiko Mengembangkan Pola Perilaku Negatif

Jika tidak ditangani dengan baik, anak yang mudah tersinggung dan sering marah berisiko mengembangkan pola perilaku negatif, seperti manipulasi, sikap defensif, atau kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka hadapi.
(Sumber: American Academy of Pediatrics (AAP), Journal of Behavioral and Developmental Pediatrics)

8. Potensi Konflik dalam Keluarga

Emosi anak yang tidak stabil dapat mempengaruhi dinamika keluarga, meningkatkan tingkat stres bagi orang tua dan saudara kandung. Ini bisa menciptakan lingkungan rumah yang kurang harmonis dan menambah tekanan emosional bagi seluruh anggota keluarga.
(Sumber: Journal of Family Psychology, American Psychological Association (APA))

Pelajari juga:

Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Mudah Marah dan Tersinggung?

Setiap anak memiliki karakteristik unik, sehingga pendekatan yang digunakan harus sesuai dengan tipe kecerdasan dan kepribadian mereka. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:

1. Ajarkan Regulasi Emosi Sejak Dini

Berikan contoh bagaimana mengelola emosi dengan baik. Gunakan teknik pernapasan dan mindfulness untuk membantu anak menenangkan diri.

2. Ciptakan Pola Asuh yang Konsisten dan Empati

Bangun komunikasi terbuka dengan anak. Hindari hukuman berlebihan yang dapat memperburuk emosinya.

3. Identifikasi Tipe Kecerdasan dan Kepribadian Anak

Dengan mengetahui bagaimana anak memproses informasi dan berinteraksi dengan lingkungan, kamu bisa memberikan pendekatan yang lebih efektif.

(Sumber: National Association for the Education of Young Children (NAEYC), Child Mind Institute)

Tes BRAIN Mom & Kid: Solusi Personal untuk Anak Lebih Bahagia

BRAIN Self-discovery asessment for parents - ibu dan anak - tes kepribadian - tes kecerdasan dominan - minat bakat

Salah satu cara terbaik untuk memahami anak lebih dalam adalah dengan melakukan Tes BRAIN Mom & Kid, yang dikombinasikan dengan konsultasi eksklusif bersama BRAIN Coach. Dengan tes ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Pemahaman Mendalam tentang Tipe Kecerdasan dan Kepribadian Anak 
  • Strategi Parenting yang Disesuaikan dengan Karakter Anak 
  • Panduan untuk Meningkatkan Regulasi Emosi Anak 
  • Bimbingan Langsung dari Ahli dalam Konsultasi Tatap Muka

Metode ini telah terbukti membantu banyak orang tua dalam menghadapi tantangan emosi anak. Dengan memahami kebutuhan emosional dan gaya belajar anak, kamu bisa menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi mereka.

Kesimpulan

Sobat BRAIN, memahami mengapa anak sering marah dan mudah tersinggung adalah langkah pertama untuk membantu mereka berkembang secara emosional dan sosial. Dengan mengenali penyebabnya, mengurangi risikonya, dan menerapkan solusi yang tepat seperti Tes BRAIN Mom & Kid, kamu bisa membantu anak menjadi lebih percaya diri, bahagia, dan stabil emosinya.

Ingin tahu lebih lanjut bagaimana Tes BRAIN bisa membantu anakmu? Yuk, segera konsultasikan dengan BRAIN Coach dan berikan yang terbaik untuk si kecil!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan, Sobat BRAIN?