Categories
Profesi

Mengenal Profesi Dokter: Jenis, Jurusan, Syarat, dan Lama Pendidikan

BRAIN Personalities – Hai, Sobat BRAIN! Pernah nggak sih kamu ditanya waktu kecil, “Kalau besar nanti mau jadi apa?” Dan jawaban klasiknya, “Aku mau jadi dokter!”

Yup, profesi dokter memang sering jadi cita-cita banyak orang sejak kecil. Tapi semakin kita tumbuh besar, barulah kita sadar: menjadi dokter itu nggak mudah dan butuh banyak persiapan, mulai dari mental, kemampuan akademik, hingga strategi pendidikan yang tepat.

Banyak siswa dan orang tua yang kebingungan harus mulai dari mana. Jurusan apa yang harus dipilih? 

Tes apa saja yang harus dilewati? Dan… apakah kamu benar-benar cocok untuk menjadi seorang dokter?

Tenang, Sobat BRAIN. Artikel ini akan bantu kamu memahami dunia kedokteran secara utuh, mulai dari definisi dokter, jenis-jenisnya, pilihan jurusan, hingga lama dan syarat pendidikannya. 

Plus, di akhir artikel ini, kami akan tawarkan solusi terbaik buat kamu yang pengen mantap meniti jalan karier sebagai dokter. Siap? Yuk kita mulai!

Definisi Dokter

Profesi dokter - definisi dokter - jenis dokter - pendidikan dokter - syarat menjadi dokter

Sebelum kita melangkah jauh, yuk pahami dulu definisi dasarnya.

Dokter adalah tenaga profesional di bidang medis yang memiliki izin praktik untuk mendiagnosis, merawat, dan menyembuhkan pasien dari berbagai macam penyakit atau gangguan kesehatan. 

Profesi ini nggak cuma soal ilmu pengetahuan, tapi juga soal kemanusiaan, empati, dan komitmen panjang.

Seorang dokter bukan hanya harus pintar, tapi juga tahan banting, teliti, dan punya passion kuat untuk membantu orang lain. 

Karena itu, banyak universitas menempatkan fakultas kedokteran sebagai salah satu jurusan paling kompetitif dan bergengsi.

Baca juga: 10 Dokter Spesialis Paling Dibutuhkan di Indonesia

Apa Saja Jenis Dokter?

Sobat BRAIN, tahukah kamu bahwa menurut data dari Kementerian Kesehatan RI (2024), Indonesia masih mengalami ketimpangan distribusi dokter, terutama dokter spesialis, di berbagai wilayah? 

Bahkan, riset dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa idealnya satu dokter umum harus menangani maksimal 1.000 pasien, namun kenyataannya di Indonesia rasio ini masih bisa mencapai 1:2.500 di daerah tertentu. 

Ini membuktikan bahwa kebutuhan akan berbagai jenis dokter masih sangat tinggi, dan setiap spesialisasi punya perannya masing-masing dalam sistem kesehatan. 

Bukan cuma dokter umum atau dokter gigi saja, lho. Yuk, kenali lebih jauh jenis-jenis dokter yang mungkin bisa jadi tujuan karier kamu di masa depan!

1. Dokter Umum

Dokter umum adalah ujung tombak dari layanan kesehatan dasar. Mereka adalah tenaga medis pertama yang kamu temui ketika mengalami keluhan seperti demam, flu, batuk, atau nyeri ringan. 

Tugas utama mereka adalah memeriksa kondisi pasien secara umum, memberikan pengobatan awal, dan menentukan apakah pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis atau tidak.

Menjadi dokter umum berarti kamu harus punya wawasan medis yang luas dan kemampuan komunikasi yang baik. 

Karena berhadapan langsung dengan pasien dari berbagai latar belakang, dokter umum dituntut untuk sabar, empatik, dan cepat tanggap. 

Profesi ini sangat cocok buat kamu yang suka bekerja langsung dengan masyarakat dan ingin memberikan kontribusi nyata di garda terdepan dunia kesehatan.

2. Dokter Spesialis Anak (Pediatri)

Dokter spesialis anak atau pediatrik adalah mereka yang mendalami kesehatan bayi, balita, anak-anak, hingga remaja. 

Mereka menangani mulai dari imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan anak, hingga penyakit anak yang lebih kompleks seperti asma, alergi, dan infeksi kronis. 

Dalam praktiknya, mereka juga bekerja sama erat dengan orang tua untuk memberikan edukasi mengenai gizi, pola tidur, hingga kesehatan mental anak.

Profesi ini sangat cocok untuk kamu yang suka dunia anak-anak dan punya kesabaran ekstra. 

Interaksi dengan anak-anak nggak bisa disamakan dengan pasien dewasa, karena butuh pendekatan yang lembut, kreatif, dan menyenangkan. 

Menjadi dokter anak artinya kamu juga menjadi teman, guru, dan pelindung bagi tumbuh kembang generasi masa depan.

3. Dokter Spesialis Bedah

Kalau kamu suka tantangan, kecepatan berpikir, dan kerja di situasi kritis, dokter bedah bisa jadi pilihan menarik. 

Dokter spesialis bedah adalah mereka yang memiliki keahlian melakukan operasi, baik ringan maupun kompleks, untuk mengatasi kondisi medis tertentu seperti tumor, usus buntu, cedera berat, atau gangguan organ dalam.

Untuk menjadi dokter bedah, dibutuhkan ketelitian tinggi, kontrol emosi yang kuat, serta kemampuan fisik yang prima. 

Operasi bisa berlangsung berjam-jam dan menuntut konsentrasi penuh. Tapi di balik semua tantangannya, profesi ini sangat prestisius dan memberikan dampak besar dalam penyelamatan nyawa manusia.

4. Dokter Gigi

Dokter gigi adalah spesialis yang menangani semua permasalahan di area mulut, gigi, dan gusi. 

Mereka membantu pasien mengatasi karies, radang gusi, gigi berlubang, hingga tindakan estetika seperti behel atau veneer. 

Profesi ini banyak dicari karena masalah gigi bisa sangat mengganggu kualitas hidup seseorang.

Untuk menjadi dokter gigi, kamu harus menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) selama sekitar 5 tahun, termasuk masa profesi. 

Profesi ini cocok untuk kamu yang teliti, punya ketertarikan di bidang estetika, dan ingin bekerja dengan teknik yang detail.

5. Dokter Spesialis Kandungan (Obgyn)

Dokter kandungan atau obstetri dan ginekologi (obgyn) memiliki peran penting dalam merawat kesehatan wanita, terutama dalam hal kehamilan, persalinan, dan sistem reproduksi. 

Mereka membantu proses kelahiran, mengatasi gangguan menstruasi, hingga memberikan solusi pada pasangan yang mengalami infertilitas.

Menjadi dokter obgyn artinya kamu harus siap bekerja dengan jam tak menentu, termasuk tengah malam saat ada persalinan. 

Tapi, profesi ini juga menawarkan kebahagiaan luar biasa: membantu kehidupan baru lahir ke dunia. 

Jika kamu punya empati tinggi dan tertarik pada dunia wanita dan anak, ini bisa jadi pilihan yang sangat bermakna.

6. Dokter Spesialis Jiwa (Psikiater)

Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tekanan, peran psikiater makin dibutuhkan. Dokter spesialis jiwa ini menangani gangguan mental dan emosional seperti depresi, bipolar, skizofrenia, hingga kecemasan. 

Mereka juga bisa meresepkan obat-obatan psikiatri dan bekerja sama dengan psikolog atau terapis.

Psikiater harus punya empati tinggi, mampu mendengarkan tanpa menghakimi, dan sabar dalam menangani pasien dengan berbagai latar belakang psikologis. 

Profesi ini sangat cocok untuk kamu yang tertarik dengan dunia kesehatan mental dan ingin membantu orang pulih dari luka emosional mereka.

7. Dokter Forensik

Dokter forensik mungkin terdengar seperti profesi dalam film kriminal, tapi sebenarnya mereka punya peran nyata yang sangat penting. 

Mereka menganalisis penyebab kematian yang tidak wajar, seperti kasus pembunuhan atau kecelakaan. 

Hasil analisis mereka bisa digunakan sebagai bukti dalam proses hukum dan investigasi kriminal.

Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian ekstrem, pemahaman mendalam tentang anatomi manusia, serta keberanian menghadapi jenazah dalam kondisi apapun. 

Jika kamu tertarik pada dunia kriminal, hukum, dan ilmu medis secara bersamaan, menjadi dokter forensik bisa jadi jalur karier yang unik dan menantang.

Sobat BRAIN, itulah beberapa jenis dokter yang bisa kamu pilih sesuai dengan minat, karakter, dan potensi dirimu. 

Setiap spesialisasi punya tantangan dan keindahannya masing-masing. Jadi sebelum menentukan jurusan atau langkah berikutnya, pastikan kamu mengenal dirimu lebih dalam dulu, ya.

Kalau kamu masih ragu harus pilih jalur kedokteran yang mana, atau bahkan belum yakin apakah dunia medis cocok buatmu, ikuti BRAIN Career Coaching for Student

Yuk, kita cari tahu bersama apa potensi terbaikmu, dan profesi apa yang paling sejalan dengan dirimu!

BRAIN Career Coaching for Students - Pelajar - Mahasiswa - Siswa - Konsultasi Memilih Jurusan Kuliah - Bimbingan Menentukan Jurusan Kuliah sesuai Bakat dan Potensi Diri

Apa Saja Jurusan Kedokteran?

Sobat BRAIN, tahukah kamu bahwa minat terhadap dunia kedokteran di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya? 

Data dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) tahun 2024 menunjukkan bahwa jurusan kedokteran adalah salah satu program studi paling diminati, dengan ratusan ribu pendaftar memperebutkan ribuan kursi di berbagai universitas negeri dan swasta. 

Sementara itu, berita dari Kompas Edukasi mengabarkan bahwa semakin banyak calon mahasiswa kini mempertimbangkan alternatif jurusan kedokteran, seperti kedokteran hewan dan biomedik, seiring meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan di berbagai sektor. 

Ini artinya, dunia pendidikan kedokteran nggak cuma soal jadi dokter umum saja, lho. 

Ada banyak jalur lain yang bisa kamu pilih sesuai minat dan potensi. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Kedokteran Umum (S1 + Profesi Dokter)

Ini adalah jalur paling umum dan populer buat kamu yang ingin menjadi dokter praktik di rumah sakit, klinik, atau membuka praktik pribadi. 

Pendidikan kedokteran umum dimulai dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) selama kurang lebih 3,5–4 tahun, dilanjutkan dengan program profesi dokter selama 1,5–2 tahun yang dikenal sebagai koas (co-assistant). 

Setelah lulus ujian kompetensi nasional, barulah kamu resmi menyandang gelar “dr.” di depan namamu.

Jurusan ini cocok banget buat kamu yang punya minat kuat di bidang kesehatan, senang mempelajari tubuh manusia, dan ingin berinteraksi langsung dengan pasien. 

Setelah jadi dokter umum, kamu juga bisa melanjutkan ke pendidikan spesialis sesuai bidang yang kamu minati, seperti bedah, anak, atau penyakit dalam. 

Jadi, kalau kamu ingin jadi garda terdepan dalam dunia kesehatan, jalur ini layak banget diperjuangkan.

2. Kedokteran Gigi (S1 + Profesi Dokter Gigi)

Buat kamu yang tertarik di bidang estetika, pembedahan ringan, dan kesehatan gigi, jurusan ini wajib banget dipertimbangkan. 

Di jurusan Kedokteran Gigi, kamu akan mempelajari struktur gigi, rahang, gusi, dan bagaimana mengatasi berbagai masalah kesehatan mulut. 

Seperti halnya kedokteran umum, kamu juga akan menjalani masa sarjana (S.KG) dan dilanjutkan dengan pendidikan profesi (drg.) sebelum bisa praktik secara resmi.

Menariknya, dokter gigi juga bisa memilih untuk menjadi spesialis, seperti ortodontis (behel), periodontitis (penyakit gusi), atau bedah mulut. 

Selain itu, dokter gigi juga punya peluang besar untuk membuka klinik sendiri. 

Kalau kamu orangnya teliti, sabar, dan punya ketertarikan pada detail serta keindahan, jurusan ini bisa jadi pilihan yang cocok banget untuk karier masa depanmu.

3. Kedokteran Hewan

Kalau kamu sayang banget sama hewan dan punya passion di dunia medis, kedokteran hewan adalah pilihan yang nggak kalah mulia dari kedokteran manusia. 

Jurusan ini mempelajari anatomi, penyakit, dan perawatan medis bagi hewan seperti anjing, kucing, sapi, unggas, bahkan hewan eksotis. 

Profesi ini semakin dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan hewan peliharaan dan peternakan.

Seorang dokter hewan bisa bekerja di berbagai bidang, mulai dari klinik hewan, peternakan, lembaga penelitian, hingga instansi pemerintah. Selain menyenangkan, karier ini juga sangat bervariasi. 

Jadi, kalau kamu ingin menjadi dokter yang pasiennya nggak bisa bicara (tapi tetap menggemaskan!), jurusan ini patut kamu pertimbangkan.

4. Pendidikan Dokter Spesialis

Setelah kamu menempuh pendidikan kedokteran umum dan menyandang gelar dokter, kamu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis. 

Pendidikan dokter spesialis ini adalah tahap lanjutan yang memungkinkan kamu mendalami bidang tertentu, seperti spesialis anak (Sp.A), penyakit dalam (Sp.PD), bedah (Sp.B), kandungan (Sp.OG), dan masih banyak lagi. 

Pendidikan ini biasanya berlangsung selama 4 hingga 6 tahun tergantung spesialisasi yang kamu ambil.

Proses masuk ke program spesialis sangat kompetitif dan menuntut kesiapan mental, fisik, serta finansial. 

Tapi, menjadi dokter spesialis memberikan keahlian yang lebih mendalam dan peluang karier yang lebih luas. 

Jika kamu punya semangat belajar tinggi dan ingin menjadi ahli di satu bidang medis, jalur ini bisa jadi pilihan strategis setelah lulus sebagai dokter umum.

5. Ilmu Biomedik atau Farmasi Klinis

Kalau kamu lebih tertarik pada riset, pengembangan obat, atau kerja di balik layar sistem kesehatan, maka jurusan seperti ilmu biomedik dan farmasi klinis sangat cocok buatmu. 

Biomedik fokus pada penelitian tentang struktur dan fungsi tubuh manusia dalam kondisi sehat maupun sakit. 

Di sisi lain, farmasi klinis berfokus pada bagaimana obat bekerja di dalam tubuh dan bagaimana mengoptimalkan penggunaan obat bagi pasien.

Meskipun kamu nggak akan menjadi dokter praktik, lulusan jurusan ini punya peran vital dalam dunia kesehatan. 

Mereka bekerja di laboratorium, perusahaan farmasi, pusat riset, rumah sakit, hingga instansi pemerintahan seperti BPOM atau Kementerian Kesehatan. 

Jadi, buat kamu yang suka eksperimen, logika ilmiah, dan inovasi, jalur ini bisa membuka peluang karier yang sangat menjanjikan dan bergengsi.

Sobat BRAIN, itulah ragam jurusan kedokteran yang bisa kamu pilih sesuai dengan minat, potensi, dan tujuan hidupmu. 

Masing-masing punya kontribusi besar dalam dunia kesehatan dan menawarkan jalur karier yang berbeda-beda. 

Yang terpenting adalah kamu mengenali dirimu sendiri sebelum memilih jalur mana yang akan kamu tempuh.

Masih bingung menentukan jurusan kedokteran yang paling cocok buat kamu? Jangan asal pilih ya! Yuk, temukan jawabannya lewat: BRAIN Career Coaching for Student

  • Temukan tipe kecerdasan dominan dan peta karier paling selaras dengan potensi dirimu.
  • Dilengkapi dengan Tes BRAIN Personality, TaSA, dan coaching personal.
  • Cocok untuk siswa SMA/SMK/Gap Year yang ingin mantap menentukan jurusan kuliah.

Tes Kepribadian BRAIN- Tes BRAIN - BRAIN Personality Assessment - BRAIN Test - BRAIN Assessment

Apa Saja Syarat Menjadi Dokter?

Sobat BRAIN, jadi dokter itu nggak cukup hanya bermodal cita-cita atau ikut-ikutan teman. 

Menurut laporan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) tahun 2024, dari ribuan mahasiswa baru jurusan kedokteran tiap tahun, tidak sedikit yang akhirnya merasa kewalahan di tengah jalan karena kurang memahami syarat dan tantangan yang akan dihadapi. 

Bahkan, berdasarkan survei dari Kompas Edukasi, banyak siswa SMA yang mengaku tertarik masuk kedokteran, tetapi belum memahami syarat akademik maupun non-akademik yang harus dipenuhi. 

Nah, agar kamu bisa lebih siap dan nggak salah langkah, yuk kita bahas satu per satu syarat utama untuk menjadi dokter, mulai dari latar pendidikan hingga kesiapan mental.

1. Lulus SMA Jurusan IPA

Salah satu syarat utama untuk bisa masuk ke fakultas kedokteran adalah kamu harus berasal dari jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). 

Kenapa? Karena kurikulum kedokteran di perguruan tinggi sangat erat kaitannya dengan pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika. 

Misalnya, kamu akan belajar anatomi tubuh manusia (Biologi), reaksi biokimia dalam tubuh (Kimia), hingga sistem kerja alat-alat medis (Fisika).

Jadi, buat kamu yang saat ini masih duduk di bangku SMP dan bercita-cita menjadi dokter, pastikan kamu sudah bersiap untuk masuk jurusan IPA di SMA nanti. 

Dan kalau kamu sudah di SMA jurusan IPA, gunakan waktu ini sebaik mungkin untuk memperkuat pemahaman kamu terhadap pelajaran-pelajaran tersebut. 

Karena itu akan jadi pondasi kuat saat kamu masuk kuliah kedokteran nanti.

2. Nilai Akademik yang Tinggi

Masuk jurusan kedokteran itu nggak cuma butuh pintar, tapi juga butuh konsistensi nilai akademik yang tinggi. 

Berdasarkan data LTMPT 2024, fakultas kedokteran di berbagai perguruan tinggi negeri memiliki passing grade tertinggi dibanding jurusan lain, bahkan bisa mencapai angka 700+ di UTBK. 

Artinya, persaingan masuk kedokteran benar-benar ketat dan hanya yang punya prestasi akademik kuat yang bisa lolos.

Nilai rapor yang konsisten tinggi, prestasi akademik, dan kemampuan logika yang baik akan sangat membantumu lolos seleksi, baik jalur SNBP (rapor), SNBT (UTBK), maupun tes mandiri. 

Karena itu, kamu perlu disiplin belajar sejak awal, bukan hanya saat kelas 12. 

Fokus pada mata pelajaran kunci seperti Biologi, Kimia, Matematika, dan Bahasa Indonesia, karena itu semua akan jadi penentu suksesmu masuk ke kedokteran.

3. Lulus Tes Masuk PTN/PTS

Untuk menjadi mahasiswa kedokteran, kamu harus lulus seleksi masuk perguruan tinggi, baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS). 

Jalurnya bisa melalui SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi), SNBT (UTBK), maupun ujian mandiri yang diselenggarakan masing-masing kampus. 

Setiap jalur memiliki strategi tersendiri yang harus kamu siapkan jauh-jauh hari.

Saingannya? Jangan diremehkan, Sobat BRAIN. Ribuan siswa dari seluruh Indonesia bersaing memperebutkan kursi yang sangat terbatas. 

Jadi kamu perlu strategi belajar yang cerdas, pemahaman soal yang mendalam, serta kemampuan manajemen waktu saat ujian. 

Banyak juga kampus kedokteran yang mengadakan tes tambahan seperti wawancara atau uji kemampuan bahasa Inggris. 

Jadi, kamu harus siap secara akademik dan juga secara teknis ujian.

4. Kesehatan Jasmani dan Mental

Menjadi dokter adalah pekerjaan yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Maka dari itu, kamu harus sehat secara jasmani dan mental. 

Hampir semua kampus kedokteran mewajibkan calon mahasiswanya untuk menjalani tes kesehatan sebagai bagian dari proses seleksi. 

Tes ini mencakup pemeriksaan penglihatan, pendengaran, organ tubuh, serta riwayat penyakit yang berpotensi mengganggu proses belajar dan praktik.

Kesehatan mental juga nggak kalah penting. Dunia kedokteran penuh tekanan: jadwal belajar padat, praktik rumah sakit yang menantang, serta tanggung jawab moral yang besar. 

Kalau kamu nggak siap secara mental, bisa-bisa kamu merasa tertekan dan kehilangan motivasi. 

Karena itu, penting banget sejak awal kamu menjaga keseimbangan antara belajar dan self-care.

5. Kesiapan Mental dan Komitmen Jangka Panjang

Kalau kamu ingin jadi dokter hanya karena “kelihatan keren” atau “karena disuruh orang tua”, mungkin kamu perlu pikir-pikir ulang. 

Karena perjalanan menjadi dokter itu panjang dan menantang. Dari pendidikan S1, profesi, hingga spesialis, kamu bisa menghabiskan waktu lebih dari 6–10 tahun. 

Dan itu belum termasuk tantangan saat sudah bekerja nanti. Makanya, kamu harus punya passion dan komitmen jangka panjang.

Siap nggak kamu belajar sampai malam?

Apakah kamu siap  praktik di rumah sakit sampai pagi?

Siap nggak kamu bertemu pasien dengan berbagai latar belakang dan kondisi? 

Kalau jawabannya iya, maka kamu sudah punya pondasi kuat untuk menjadi dokter. Tapi kalau masih ragu, lebih baik kenali dulu dirimu sebelum melangkah terlalu jauh.

Sobat BRAIN, itulah syarat utama yang harus kamu persiapkan sejak sekarang kalau benar-benar ingin menjadi seorang dokter. 

Bukan hanya soal nilai tinggi, tapi juga mental kuat, komitmen, dan strategi yang tepat. Karena itu, jangan asal ikut-ikutan atau menebak-nebak jurusan ya.

Kalau kamu ingin tahu apakah dirimu benar-benar cocok jadi dokter, dan bagaimana menyusun strategi masuk kedokteran dengan potensi terbaikmu, ikuti program BRAIN Career Coaching for Student!

Berapa Lama Sekolah Kedokteran?

Sobat BRAIN, pertanyaan “berapa lama sekolah kedokteran itu?” mungkin jadi salah satu yang paling sering muncul di benak kamu saat mulai mempertimbangkan profesi ini. 

Dan memang, menurut laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan RI (2024), rata-rata durasi pendidikan dokter di Indonesia dari sarjana hingga profesi memakan waktu sekitar 6 tahun, belum termasuk pendidikan spesialis yang bisa memakan waktu hingga 10 tahun. 

Bahkan dalam laporan Kompas Edukasi, banyak mahasiswa kedokteran mengaku belum sepenuhnya menyadari panjangnya perjalanan pendidikan ini saat pertama kali mendaftar. 

Nah, agar kamu bisa lebih siap secara mental dan strategi, yuk kita bahas satu per satu berapa lama sebenarnya waktu yang dibutuhkan untuk jadi dokter, mulai dari tahap sarjana hingga spesialis!

1. Sarjana Kedokteran (S.Ked) – 3,5 sampai 4 Tahun

Tahap pertama dalam pendidikan dokter adalah menempuh program Sarjana Kedokteran (S.Ked). 

Di tahap ini, kamu akan mempelajari semua teori dasar yang berkaitan dengan tubuh manusia, penyakit, pengobatan, serta ilmu penunjang lain seperti biokimia, fisiologi, mikrobiologi, hingga etika kedokteran. 

Waktu yang dibutuhkan biasanya sekitar 3,5 hingga 4 tahun, tergantung kurikulum masing-masing universitas dan kemampuan mahasiswa menyelesaikan studi.

Selain teori, kamu juga akan mendapatkan pelatihan dasar praktik klinis di laboratorium dan laboratorium keterampilan medis. 

Ini adalah masa yang sangat padat karena kamu dituntut untuk memahami anatomi tubuh manusia dari kepala sampai kaki, bahkan sampai ke tingkat sel. 

Jadi, jangan anggap enteng tahap ini ya, karena inilah fondasi utama kamu untuk lanjut ke dunia praktik medis sesungguhnya.

2. Profesi Dokter (Koas) – 1,5 sampai 2 Tahun

Setelah menyelesaikan tahap sarjana, kamu akan melanjutkan ke program profesi dokter, yang sering disebut juga sebagai koas (co-assistant). 

Di tahap ini, kamu tidak lagi duduk di kelas, tapi langsung terjun ke rumah sakit pendidikan untuk belajar dari pasien dan praktik nyata di lapangan. 

Lama waktunya sekitar 1,5 hingga 2 tahun, tergantung sistem rotasi departemen di rumah sakit.

Sebagai koas, kamu akan berkeliling ke berbagai departemen seperti penyakit dalam, bedah, anak, kandungan, jiwa, dan lainnya. 

Kamu juga akan bekerja dalam sistem jaga, ikut visit pasien bersama dokter, dan mencatat semua temuan medis dalam rekam medis. 

Ini adalah masa yang sangat menantang, karena kamu belajar menghadapi realita dunia medis secara langsung. 

Tapi justru di sinilah kamu akan menemukan banyak pelajaran berharga tentang empati, kecepatan berpikir, dan kerja tim.

3. Ujian UKMPPD – Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter

Setelah menyelesaikan tahap profesi, kamu belum bisa langsung menyandang gelar “dr.” di depan namamu. 

Kamu harus terlebih dahulu lulus UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter), yang merupakan syarat utama untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) dan izin praktik. 

Ujian ini terdiri dari dua bagian: CBT (Computer-Based Test) dan OSCE (Objective Structured Clinical Examination).

UKMPPD menjadi semacam “gerbang terakhir” yang harus kamu lewati. Banyak mahasiswa yang harus mengulang ujian ini karena tingkat kesulitannya cukup tinggi dan menuntut penguasaan teori sekaligus kemampuan praktik. 

Tapi jika kamu sudah menempuh proses belajar dengan serius sejak awal, kamu akan lebih siap menghadapi tantangan ini. 

Setelah lulus, barulah kamu resmi menjadi dokter dan bisa bekerja atau lanjut ke pendidikan spesialis.

4. Program Spesialis (Opsional) – 4 sampai 6 Tahun

Nah, buat kamu yang ingin menjadi dokter spesialis seperti dokter anak (Sp.A), bedah (Sp.B), penyakit dalam (Sp.PD), atau lainnya, kamu perlu menempuh pendidikan tambahan selama 4 hingga 6 tahun. 

Program ini disebut juga sebagai Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan hanya bisa diikuti oleh dokter yang sudah lulus tahap profesi dan UKMPPD.

Pendidikan spesialis sangat kompetitif dan selektif. Kamu harus mengikuti tes masuk, menyusun proposal riset, dan siap bekerja di rumah sakit pendidikan dengan jam kerja yang panjang. 

Tapi, profesi dokter spesialis memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan dan peluang karier yang lebih luas. 

Kalau kamu punya tekad kuat dan ingin memperdalam satu bidang tertentu, program ini layak banget untuk diperjuangkan.

Total Waktu Menjadi Dokter: 6 hingga 10 Tahun Lebih

Kalau dihitung secara keseluruhan, waktu minimum untuk menjadi dokter umum di Indonesia adalah sekitar 6 tahun: 4 tahun kuliah sarjana dan 2 tahun koas. 

Tapi jika kamu ingin lanjut ke spesialis, total waktunya bisa mencapai 10 hingga 12 tahun, bahkan lebih jika kamu mengambil subspesialis. 

Ini tentu bukan perjalanan yang singkat, tapi hasilnya sepadan.

Penting buat kamu untuk benar-benar menyadari panjangnya perjalanan ini sejak awal agar bisa mempersiapkan diri secara mental, fisik, dan strategi. 

Karena itu, jangan buru-buru memilih jurusan hanya karena ikut tren. Pastikan kamu punya passion, kesiapan mental, dan peta jalan karier yang jelas sebelum masuk ke dunia kedokteran.

Baca juga: Perjalanan Karier Jonathan Sudharta, Founder dan CEO Halodoc

Ingin Menjadi Dokter Tapi Masih Bingung?

Menjadi dokter memang butuh waktu dan perjuangan, tapi kalau kamu memang punya passion dan kesiapan, profesi ini sangat mulia dan membanggakan. 

Nah, kalau kamu masih galau:

Apakah aku cocok jadi dokter?
Apa kekuatan dan potensi dominan otakku?
Jurusan apa yang paling sesuai dengan kepribadianku?

Tenang, kamu nggak sendirian. 

Yuk ikut program BRAIN Passion Calibration Class, sebuah kelas online dan konsultasi pribadi untuk membantu kamu menemukan passion, potensi dominan otak, dan arah karier yang paling sesuai.

Temukan passion dan karier idealmu sejak SMA!

Semangat ya, Sobat BRAIN. Apapun keputusan kariermu nanti, pastikan kamu melangkah dengan sadar, paham diri, dan percaya diri. 

Jangan lupa: masa depan milik mereka yang tahu ke mana arah tujuannya.

Cara Menemukan Passion dan Mengubahnya menjadi Karir dan Profesi yang Memuaskan - Cara Mengubah Passion Menjadi Pekerjaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *