Brain Personalities – Membandingkan anak adalah pendekatan umum untuk memastikan kinerja anak. Sebagai orang tua yang terbiasa membandingkan nilai anak dengan orang lain bahkan sampai mengambil kesimpulan melalui prestasi akademik anak normal, lebih baik atau sangat baik. Kemudian orang tua memberikan contoh prestasi anak-anak lain sebagai cara untuk memotivasi anak. Misalnya, “Lihat, Putra mendapatkan nilai ujian Matematika 98. Berhenti berkeliaran di lingkungan sekitar dan ikut tambahan pelajaran”.
Ayah dan Bunda tentu tidak bertujuan untuk menyakiti hati anak, tetapi tanpa sadar pernyataan verbal ini lebih berbahaya meskipun dengan dalih demi kebaikan anak. Membandingkan anak kita dengan orang lain sebenarnya membuat hubungan dengan anak menjadi renggang bahkan merupakan kegiatan yang sia-sia.
Pelajari juga:
Kenapa Orang Tua Harus Berhenti Membandingkan Anak dengan Orang Lain?
Terkadang satu-satunya motivasi membandingkan anak kita dengan orang lain adalah untuk memicu persaingan dalam diri anak. Sehingga perasaan tersebut dapat mendorong anak untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan dan keunggulannya. Daya saing memang diperlukan untuk meningkatkan belajar si anak. Namun, apakah langkah ini berhasil untuk anak kita?
Tidak ada dua anak yang sama mereka memiliki bakat, minat, perkembangan yang berbeda, dan kekuatan yang berbeda. Jadi secara tidak langsung perbandingan yang dilakukan akan menghancurkan rasa percaya diri anak. Bentuk pelampiasan kecewa dengan membual karena prestasi anak buruk juga sama akan menghancurkan perasaan anak.
Artikel ini dihadirkan khusus bagi Ayah dan Bunda untuk mengetahui tentang efek negatif dari perbandingan dan pendekatan alternatif. Penting untuk menyelesaikannya sampai akhir.
Efek Negatif Orang Tua Membandingkan Anak
1. Anak Jadi Stres karena Orang Tua Membandingkannya
Anak merasa terbebani jika terus-menerus dibandingkan. Tugas kita bukanlah untuk menekan dia untuk tampil dan pada gilirannya membuatnya cemas dan insomnia. Duduk dan bicaralah dengan anak kita, jika ada sesuatu yang mengganggunya, yang mempengaruhi kinerjanya. Solusi asing bersama.
2. Anak Menjadi Tidak Percaya Diri
Anak itu mulai percaya bahwa orang lain lebih baik darinya dan bahwa dia tidak mampu melakukan dengan baik atau memenuhi harapan orang tua. Hal semacam ini akan membuat si anak merasa minder dari lingkungan sosialnya dan akan memperburuk perumbuhan mental dan akademik.
3. Membandingkan Anak, Menurunkan Harga Diri
Terlepas dari usahanya, jika dia masih mendengar bahwa dia perlu mengikuti anak lain untuk tampil baik, ini merusak kepercayaan dirinya. Perasaan merasa tidak berguna mulai menetap. Hal ini dapat memperburuk kinerjanya lebih lanjut.
4. Menghindar dari Situasi Sosial
Perasaan tidak nyaman akan muncul jika si anak selalu diejek karena apa yang diusahakan tidak sebanding dengan ekspektasi orang tua. Hal ini akan berdampak pada cara anak untuk hidup sosial, secara tidak langsung akan menutup diri dari lingkungan sosial.
5. Orang Tua Membandingkan Anak = Membangun Sikap Acuh
Jika sebagai orang tua, Ayah dan Bunda tidak bisa menghargai prestasi anak dan terus mengabaikan hal kecil yang ditekuninya, maka dia akan berhenti untuk memikirkan cara menyenangkan orang tua. Tentunya dengan alasan karena kita jelas lebih menyukai anak lain yang memiliki prestasi yang lebih unggul.
6. Orang Tua yang Membandingkan Anak = Mengikis Bakat
Apabila anak kita menghabiskan lebih banyak waktu di lukisan arang. Sayangnya kita malah lebih suka dia pergi untuk latihan bulu tangkis. Sikap ini secara tidak langsung membuat anak menghadapi dilema.
Tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan bakat melukisnya maka menyebabkan anak menjadi setengah hati dalam berlatih bulu tangkis sehingga tidak akan mendapat hasil yang memuaskan. Akhirnya keduanya tidak berkembang secara maksimal dan bakat melukis yang disukai anak pun tidak memiliki ruang untuk berkembang.
7. Menciptakan Jarak Antara Orang Tua dan Anak
Jelas, anak akan merasa tertekan jika selalu dibandingkan dengan saudara kandung, sepupu, teman bahkan tetangga. Menjadi jelas baginya bahwa sesuatu tentang dia tidak dapat diterima oleh Ayah dan Bunda (orang tua-red) dan orang tua tidak bahagia dengannya.
Orang tua akan menjadi sumber luka bagi anak dan sang anak berusaha menjaga jarak. Ini mungkin membuat anak merasa tidak aman dan kehilangan kepercayaan pada orang tua. Sayangnya situasi ini dapat menyebabkan masalah perkembangan atau perilaku saat anak beranjak dewasa.
Ikuti Juga:
Temukan Potensi Terbaik Anak melalui Tes BRAIN Online
8. Menumbuhkan Rivalitas Saudara
Ketika orang tua membandingkan, alih-alih memuji saudara daripada anak sendiri, tanpa disadari sang anak mungkin diam-diam mulai membenci saudaranya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan dia berperilaku agresif, berkelahi, menggoda, dan bahkan memukul satu sama lain.
Perlakuan orang tua tersebut secara tersirat menyampaikan pesan bahwa anak yang berkinerja lebih baik disukai dan lebih dicintai. Akibatnya, sang anak mungkin mulai meremehkan dirinya sendiri.
Cara Pendekatan Positif Selain Membandingkan Anak
1. Tetapkan Tolok Ukur Alih-alih Membandingkan
Hargai usahanya, bahkan jika ada tambahan nilai 2 poin lebih dari ujian sebelumnya. Ini membangun kepercayaan diri. Misalnya, wah belajarnya ditambah lebih rajin aja nilainya nambah. Apa lagi kalau setiap hari lebih giat beajar.
2. Mendorong untuk Mengatasi Kelemahan
Tanyakan apakah anak kita membutuhkan bantuan. Dukung dia. Jika raut wajahnya murung ketika pulang dari sekolah maupun dari bermain, coba tanyakan aoa yang membuatnya seperti itu. Bunda bisa mulai melakukan perbincangan seperti ini, Kenapa wajahnya ditekuk? Ada yang bisa Bunda bantu untuk meringankan kegelisahan kamu, nak?
3. Puji Kekuatannya Anak
Apa pun yang dilakukan anak kita selama itu baik maka hargai itu. Meskipun kekuatannya belum terlalu terlihat tapi ketahuilah jika anak menyukai aktivitasnya maka akan memiliki nilai lebih suatu saat nanti. Misalnya, Bunda lihat kamu suka menggambar, gimana kalau weekend nanti kita beli alat gambar yang lebih lengkap. Atau Bunda juga bisa menawarinya les melukis.
4. Jangan Membuat Harapan yang Tidak Realistis
Jika anak gadis kita ingin menjadi penulis, jangan paksa dia untuk mengambil jurusan teknik. Dia mungkin pintar, cerdas, tetapi kurang bakat dan minat, yang berpotensi merugikan perkembangan karirnya di bidang apa pun.
5. Berikan Dukungan dan Cinta Tanpa Syarat
Jika anak kita tidak dapat mendapat nilai dengan baik, jangan membuatnya merasa telah mengecewakan atau mempermalukan orang tua. Selalu dukung anak kita dengan carea terlibat dalam pembicaraan penuh semangat, dorong dia untuk berlatih lebih banyak, dan selalu hargai usahanya.
Pelajari juga:
Penutup
Seperti yang dikatakan Theodore Roosevelt bahwa Perbandingan adalah pencuri kegembiraan. Jadi jangan merampas si kecil dari keceriaan masa kecil. Beri dia ruang untuk tumbuh ya mom! Yuk cari tahu kecerdasan anak melalui Tes BRAIN Kids serta sampaikan keluh kesah selama mendidik anak. Namun orang tua juga disarankan untuk mengikuti tes kepribadian BRAIN dewasa agar saling memahami antar-anggota keluarga.