Setiap orang tua pasti sedih kalau menyakiti perasaan anak. Secara alamiah, orang tua akan selalu berusaha menjaga dan mengerti perasaan anak.
Namun, kenapa orang tua tidak bisa mengerti perasaan anak? Bila dilihat dari konsep kepribadian BRAIN, ada 7 penyebab perasaan anak tidak dimengerti orang tua.
Ketujuh faktor itu terkait dengan psikologi anak dan orang tua. Ditambah lagi, faktor eksternal seperti lingkungan rumah, pekerjaan, dan juga pertemanan. Di samping itu, pendidikan orang tua terhadap anak memiliki peranan penting untuk perkembangan karakter dan mental anak.
Nah, ayah dan bunda juga harus mengerti apa saja faktor yang membuat perasaan anak tersakiti. Bahkan, mungkin ayah dan bunda tidak menyadarinya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas beberapa faktor yang menjadi penyebab yang bisa tidak mengerti perasaan anak di bawah ini!
1. Pengalaman Pendidikan Orang Tua
Beda orang pasti beda pengamalan hidup. Demikian juga pengalaman hidup setiap orang tua dengan anak-anaknya.
Kondisi orang tua pernah mengalami asam dan garam kehidupan membuatnya lebih protektif terhadap anak. Ini tentu sangat berbeda dengan kondisi psikologi seorang anak sedang senang mencoba hal-hal baru.
Di sisi lain, anak merasa bahwa dirinya terlalu menerima larangan untuk melakukan sesuatu. Alhasil, orang tua terkesan tidak mengerti perasaan anak.
Padahal sebaliknya, orang tua bisa melihat dampak kebiasaan anak sehingga orang tua selalu mencegah atau mengingatkannya.
Nah, anak yang merasa orang tua tidak mengerti perasaan atau kemauannya berusaha berontak, memendam, atau mencap cerewet kepada orang tua.
2. Perasaan Anak vs Kepribadian Orang Tua
Karena tadi kita sudah sepakat kalau pengalaman hidup antara orang tua dan anak itu berbeda, hal ini juga berlaku pada tipe kepribadian keduanya.
Orang tua yang punya tipe kepribadian Indenpenden sangat menekankan logika dalam bertindak.
Kondisi ini sangat kontras dengan kepribadian anak Negosiator yang mengutamakan empati dan kedekatan.
Masalah terjadi ketika orang tua melakukan pendekatan dengan cara sendiri tanpa mempertimbangkan kepribadian anak.
Anak merasa orang tua tidak mengerti apa yang dia rasakan. Sebaiknya, ayah dan bunda mengetahui kepribadian masing-masing.
Setelah mengetahui tipe kepribadian ayah dan bunda, tidak hanya bermanfaat untuk hubungan antara orang tua dan anak.
Lebih dari itu, sebagai pasangan suami dan istri, ayah dan bunda bisa lebih memahami satu sama lain.
Alhasil, potensi pertengkaran rumah tangga lebih bisa dicegah. Tentu saja, ini sangat baik untuk membangun pendidikan didalam keluarga.
3. Kebiasaan dan Pergaulan Orang Tua vs Anak
Anak tidak selalu salah. Besar kemungkinan orang tua yang sebenarnya menjadi penyebab pengaruh buruk kepada anak.
Misalnya, orang tua yang punya kebiasaan bangun tidur siang bisa membuat anak meniru kebiasaan buruk ini.
Kasus lainnya, kebiasaan orang tua yang sering terlambat dalam suatu acara juga berdampak pada kebiasaan anak ketika tumbuh dewasa.
Nah, suatu ketika kalau orang tua menasihati anak untuk tepat waktu atau bangun pagi, ini menjadi hal yang tidak adil bagi anak.
Secara perlahan, anak mulai menyalahkan orang tua karena keduanya tidak memahami perasaannya.
Padahal, sang anak sudah berusaha meniru kebiasaannya orang tua yang dijadikan sebagai teladan.
Ayah dan bunda harus lebih berhati-hati menata kebiasaan baik di rumah, ya. Tanpa disadari, anak-anak bisa meniru meskipun itu adalah hal buruk.
4. Profesi atau Pekerjaan Orang Tua
Siapa yang menyangka kalau sebenarnya profesi orang tua juga bisa menjadi penyebab anak merasa tidak dimengerti? Namun, begitu yang sering terjadi.
Mungkin saja ayah dan bunda tidak menyadari ketika anak-anak masih di usia dini. Hanya saja, ketimpangan akan terlihat setelah anak berusia remaja.
Anak yang sudah belajar banyak hal dan bertemu dengan orang banyak sudah mulai memiliki ketajaman berpikir. Sang anak sudah memiliki sosok teladan selain orang tua.
Biasanya. ketimpangan terjadi ketika orang tua jarang meluangkan waktu untuk belajar hal baru dan berkomunikasi sehat dengan anak.
Prinsip dan wawasan baru bisa tidak dimengerti orang tua. Ini bisa menyebabkan debat hingga pertengkaran antara anak dan orang tua.
Jangan sampai pertengkaran berlarut hingga anak melampiaskan perasaan kedalam hal-hal negatif, ya. Anak dengan perasaan yang hancur lebih mudah terjangkit pengaruh negatif.
5. Lingkungan Keluarga Tidak Mengerti Perasaan Anak
Yang lebih memprihatinkan ketika kondisi keluarga sudah tidak sehat. Misalnya, orang tua yang seringkali bertengkar di hadapan anak.
Biasanya, yang menjadi korban pertengkaran bukan suami atau istri, melainkan anak-anak didalam keluarga.
Istri yang dengan perasaan rapuh bisa berperilaku sensitif kepada anak-anaknya. Demikian sebaliknya, suami bisa mudah marah dan kasar kepada anak.
6. Kondisi Psikologi dan Kepribadian Anak
Ketika anak sering melihat kedua orang tua bertengkar dan selalu bersilang tujuan bisa menyebabkan sifat keragu-raguan timbul kepada anak.
Anak merasa bingung dan broken home siapa yang harus dijadikan teladan. Manakah nasihat yang harus diikuti?
Ketika sang anak mengikuti nasihat sang ayah, nasihat itu akan dibantah oleh sang ibu. Demikian pula kalau sang ibu memberikan nasihat.
Ujung-ujungnya, anak menarik kesimpulan kalau kedua orang tua hanya merasa ingin benar sendiri. Perasaan anak broken home tidak bisa terjangkau dan dimengerti oleh orang tua.
7. Ketidaktahuan Anak dan Komunikasi
Bagaimanapun pintar anak pasti ada hal yang tidak mereka ketahui. Keterbatasan pengalaman bisa membuat mereka melakukan beberapa kesalahan.
Mungkin seringkali orang tua menasihati dan mencegah sang anak berbuat kesalahan. Sayangnya, nasihat orang tua tidak diindahkan oleh sang anak.
Ini menandakan perilaku anak yang sudah timbul rasa tidak percaya kepada orang tua. Besar kemungkinan cara komunikasi orang tua yang kurang tepat dalam penyampaiannya.
Sang anak hanyalah manusia biasa sama seperti ayah dan bunda. Mereka butuh komunikasi yang baik agar nasihat ayah dan bunda mau mereka ikuti.
Bagaimana Cara Mengerti Perasaan Anak?
Memang butuh waktu untuk memahami perasaan anak. Meskipun tips dari BRAIN Personalities disampaikan, masih butuh ketulusan dan kesabaran ayah dan bunda untuk bisa mengerti perasaannya.
Namun, setiap usaha baik pasti didengarkan dan dijawab oleh Tuhan. Untuk itu, mari ayah dan bunda simak tips bagaimana cara mengerti anak dari pendekatan konsep kepribadian BRAIN di bawah ini!
1. Temukan Kepribadian dan Potensi Anak
Hubungan manusia dijembatani oleh kepribadian mereka dan potensi mereka. Inilah yang menjadi dasar untuk membangun lingkungan yang kondusif untuk anak-anak.
Ayah dan bunda bisa mengikuti tes kepribadian BRAIN untuk mengetahui tipe kepribadian dan potensi kecerdasan anak untuk usia di bawah 15 tahun.
Nantinya, ayah dan bunda akan mendapatkan penjelasan lebih detil tentang kepribadian dan potensi anak.
Selain itu, sangat disarankan bagi ayah dan bunda untuk juga mengikuti tes kepribadian BRAIN dewasa. Tidak hanya untuk anak, ayah dan bunda juga harus lebih memahami satu sama lain.
2. Pahami Kekurangan dan Berikan Dukungan
Kepercayaan diri anak akan meningkat ketika orang tua terus mendukung kelebihan dan potensi anak.
Akan lebih baik lagi kalau orang juga memahami dan mencarikan alternatif untuk menutupi kekurangan sang anak.
Salah satu caranya, ayah dan bunda harus sering berdiskusi untuk memutuskan permasalahan keluarga ketika anak berusia remaja dan tidak menyinggung perasaan anak.
Dengan cara ini, sang anak bisa mengerti kondisi keluarga dan merasa dihargai.
3. Mengerti Perasaan Anak dengan Mendengarkan
Sesibuk apapun ayah dan bunda, meluangkan waktu untuk berbagi cerita sangat bisa menjadi cara ampuh untuk mengerti perasaan anak.
Singkirkan ponsel atau tayangan televisi ketika sedang acara makan bersama. Mulai dari sini, untuk sementara waktu dengarkan cerita anak sampai selesai.
Berikan beberapa pujian sebelum menasihati anak. Dengan cara ini, perasaan anak menjadi lebih nyaman dan siap menerima nasihat ayah dan bunda.
4. Rekomendasikan Lingkungan Kondusif
Ayah dan bunda juga sebaiknya harus jujur dengan diri sendiri. Setelah ayah dan bunda mengetahui kepribadian dan potensi anak, penting untuk menilai lingkungan sekitar rumah.
Dari sini, ayah dan bunda harus menyadari lingkungan seperti apa agar sang anak tumbuh secara sehat secara mental dan perilaku.
Mencarikan mentor terbaik menjadi solusi strategis untuk menemukan lingkungan yang tepat.
Namun, seorang mentor untuk anak-anak tentu sangat berbeda dengan seorang pengajar di pendidikan formal.
Mentor yang sebenarnya adalah yang bisa mengarahkan anak tumbuh secara mental, keahlian, dan memiliki relasi yang positif.
5. Terus Berikan Semangat dan Doa untuk Anak
Kelak anak akan menjadi lebih pandai dari orang tuanya. Jadilah sahabat yang terus memberi semangat dan doa bisa lebih mempererat hubungan orang tua dan anak.
Perlakuan seperti ini bisa menumbuhkan ikatan batin yang kuat untuk anak. Di masa depan, anak ayah dan bunda juga akan meneruskan kebiasaan ini kepada keluarga kecilnya.
Semoga artikel ini bisa membantu ayah dan bunda serta setiap orang tua yang berusaha mengerti perasaan anak.
Bantu para orang tua dan anak-anak lainnya dengan share artikel dari BRAIN Personalities ini, ya!
Anak saya mempunyai jiwa untuk sukses.